Apabila kita ingin menggabungkan data-data yang ada pada dua file menjadi satu file utuh, kita bisa menggunakan fasilitas merge.
Syntax-nya adalah:
use nama_file_asal_dta, clear
merge m:1 id using nama_file_tujuan_dta
save nama_file_baru_hasil_merge_dta
Perhatikan syntax di atas, tulisan yang ditulis tebal adalah perintah dari stata. Adapun yang berwarna biru adalah nama file yang bisa kita rubah-rubah namanya, yang jelas formatnya adalah .dta.
Adapun tulisan yang berwarna merah (dalam contoh di atas adalah id), adalah nama variabel yang kita jadikan kunci untuk menyatukan kedua file. Masing-masing file baik itu file asal (file master) dan file tujuan (file using), harus memiliki variabel id. Sehingga observasi dengan id yang sama di kedua file akan disatukan datanya.
Syntax m:1 artinya, variabel id pada file asal tidak unik sementara pada file tujuan unik (hanya ada 1 observasi dengan id tertentu). Sebenarnya ada lagi selain pilihan m:1 yang bisa kita jadikan perintah dalam stata, yaitu:
1:m yaitu ketika file asal variabel id unik namun di tujuan tidak unik.
1:1 yaitu ketika file asal dan file tujuan sama-sama memiliki variabel id yang unik.
m:m yaitu ketika file asal dan file tujuan memiliki variabel id yang tidak unik.
Kunci untuk mempersatukan kedua file bisa lebih dari satu variabel, misal variabel id dan tinggi dan berat. Sehingga syntax-nya menjadi:
use file_asal
merge m:1 id tinggi berat using file_tujuan
save file_baru
Stata akan menunjukkan status match (kecocokan) dari data yang dipersatukan (data hasil merge), yaitu dengan kode:
_m==1 ketika variabel kunci hanya ada di file asal
_m==2 ketika variabel kunci hanya ada di file tujuan
_m==3 ketika variabel kunci ada di file asal dan file tujuan
Sehingga, kecocokan terjadi ketika _m==3.
Adapun syntax terakhir adalah save, yaitu untuk menyimpan file hasil merge yang kita lakukan.
No comments:
Post a Comment